PORTAL KAJIAN ISLAM KONTEMPORER: Memadukan Wahyu dan Nalar Sehat Menuju Keseimbangan Hidup. "Banyak orang terjerumus karena menilai kebenaran dari SIAPA yang mengatakan, bukan dari APA yang dikatakan"

Mei 30, 2016

Humor Sang Kyai








Di berbagai kesempatan, terutama pada acara majelis taklim, seringkali kita saksikan para jemaah berebut duluan untuk bersalaman dengan ustadz atau kiai, baik pada saat tiba maupn pulangnya. Dan kebanyakan di antara mereka bersalaman dengan cara mencium telapak tangan, karena

sangat hormatnya atau sebagian dengan maksud “ngalap berkah” dari sang ustadz atau kiai. Dan biasanya sang ustadz atau kiai seperti menikmati karena bangga atau alasan lain, seperti habaib alias para habib pada umumnya. Namun saat menghadiri sebuah acara tabligh akbar di mesjid besar Solo, kawan kita ini menyaksikan pemandangan yang sedikit berbeda. Setiap kali jamaah mau mencium telapak tangannya, cepa- cepat sang kiai menarik tangannya, sehingga telapak tangannya tidak jadi dicium. Tentu saja, pemandangan tersebut dianggap tidak biasa dan membuat kawan kita penasaran. Saat itu juga ia memberanikan diri untuk bertanya kepada sang kiai, apa gerangan alasan yang membuat sang kiai berbuat demikian. Menunggu jamaah bubar sampai habis, ia pun beranjak  dari duduknya dan menghamipiri sang kiai. Karena takut tersinggung, dengan agak terbata-bata ia bertanya kepada sang kiai: ”Pak kiai, mengapa bapak tadi menarik telapak tangan setiap kali ada jamaah hendak menciumnya?”. Mendengar pertanyaan demikian sang kiai dengan tenang menjawab sambil tersenyum: “Takut telapak tangan saya dibrakot”. Bahasa Jawa mengenal kosa kata yang memiliki makna bertingkat, seperti misalnya “krikit” artinya “menggigit dalam jumlah sedikit; “krokot” berarti “menggigit dalam jumlah sedang”; sedangkan “brakot” artinya “sekali gigit mendapat banyak”..


Simak Juga:




Posting Komentar